MIMPI
SEORANG PEMULUNG
JEBRET……………..
Dimas Evan membawa Indonesia memimpin
2-1 atas Brazil dalam pertandingan final piala dunia 2030, dengan waktu
tersisa 5 menit lagi Indonesia bisa
mencapai impianya menjadi juara dunia untuk pertama kalinya. Pritttt prittt
pritttt wasit meniupkan peluit akhir pertandingan Indonesia pun menjadi juara
Piala Dunia dengan Evan menjadi pahlawan dengan mencetak 2 gol. Tapi semuanya
berubah ketika mimi membangunkan ku saat tidur “Evan bangun udah siang sekolah”.
Dengan muka yang masih mengantuk aku pun segera bangun dan menuju kamar mandi
untuk bersiap-siap pergi kesekolah.
Tak
terduga waktu sudah menunjukan pukul 06.45 tak lama lagi bel tanda masuk
sekolah akan berbunyi aku pun bergegas mengambil sepeda dan mengayuh dengan sangat
cepat. Sialnya sesampai di sekolah pintu
gerbang sudah ditutup aku pun tidak di perbolehkan masuk kelas, untungnya pak Kepala
Sekolah sedang berulang tahun dan berbaik hati menyuruhku masuk dan member
kesempatan agar tidak terlambat lagi ke sekolah. Di dalam kelas aku
terbayang-bayang dengan mimpi semalam yang membawa Indonesia menjadi juara
piala dunia “seandainya bisa seperti itu aku tak perlu memulung sehabis sekolah”
ucap Evan dalam hati.
Jam
demi jam telah di lalui akhirnya bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi
“anak-anak besok jangan lupa pr nya di kerjakan” pinta ibu guru dengan nada
yang keras. Tanpa peduli kata gurunya evan begegas pulang ke rumah mengambil
karung untuk memulung botol-botol yang ada di TPS dekat rumahnya untuk membantu
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. “eh van kemana aja lu jam segini baru
muncul?” Tanya teman-temanya, “biasa brohh ngegaul dulu” jawab Evan sambil
tertawa. Mimi Evan yang bekerja sebagai tukang cuci panggilan tidak cukup
penghasilanya untuk memenuhi kebutuhan seharai-hari oleh karena itu Evan mau
tidak mau harus pergi memulung untuk menambah penghasilanya. Belum lagi pipi
nya yang meninggalkan Evan sejak masih kecil membuat penderitaan keluarganya
semakin bertambah.
Teriknya
matahari, bau sampah yang menyengat, keringat yang membasahi tubuhnya tak
menyurutkan semangat evan untuk tetap mencari secerca harapan dari tumpukan
sampah. Satu karung penuh ia dapatkan untuk hari ini yang kemudian di jualke
penadah. Lumayan Evan berhasil mendapatkan uang 12 ribu rupiah dan segera
pulang untuk memberi kan kepada mimi nya “mi ini uang dapet dari mulung” kata Evan
sambil tersenyum. Setelah pulang Evan tak langsung istirahat tapi pergi kembali
untuk berlatih sepak bola di dekat rumahnya yang tak jauh dari TPS bersama teman-temanya
yang akan mengikuti turnamen antar kampung di daerahnya satu minggu lagi.
Evan
yang bercita-cita menjadi pemain bola professional sangat bersemangat menjalani
latihan walaupun ini hanya turnamen antar kampung saja. Setelah latihan yang
begitu melelahkan Evan pulang ke rumah dan langsung beristirahat di kasur
sambil membayangkan impianya menjadi pesepak bola hebat yang bisa memiliki
banyak uang dan bisa mengubah kehidupan sekarang menjadi yang lebih baik.
Satu
minggu telah berlalu akhirnya turnamen pun di mulai. Evan bermain sebagai
kapten tim dengan penuh semangat, pertandingan demi pertandingan di lalui
dengan kemenangan dan penampilan yang sangat memukau dari evan. Puncaknya evan
dan kawan-kawan mencapai final, di sini tak terduga ternyata ada pencari bakat
dari timnas Indonesia yang kebetulan sedang mencari pemain untuk pra piala
dunia u18. Dalam pertandingan final Evan tampil sangat memukau dengan mencetak
10 gol, hal ini membuat pencari bakat itu kepincut dengan penampilan Evan dan
mengajak untuk bergabung bersama timnas Indonesia.
Dari
sini lah awal karir Dimas Evan yang dulunya seorang pemulung dan kini pemain
bola professional yang bermimpi membawa Indonesia juara Piala Dunia. Hidupnya
tidak seperti dulu lagi yang serba kekurangan kini dia bisa mendapatkan apa
yang dia inginkan.
Nama: Randi
Nurprastyo
NPM: 25211848
Kelas: 3eb09